Rabu, 25 Maret 2015

Topik Kedua/ Hindu Dharma Tentang Ketuhanan, Trimurti, dan Sembahyang

AJARAN HINDU DHARMA TENTANG KETUHANAN, TRIMURTI dan SEMBAHYANG

1.      Ajaran Tentang KeTuhanan
Menurut Hindu Dharma, Tuhan hanya satu. Mereka memberi  sebutan sang gelar Sang Hyang Widhi Wasa ‘Widhi’ berarti takdir dan ‘Wasa’ artinya Yang Maha Kuasa.‘Widhi Wasa’ berarti Yang Maha Kuasa, yang mentakdirkan segala yang ada. Dan disebut juga Bhatara Ciwa Pelindung Yang Tertinggi.
Sang Hyang Widhi memiliki sifat-sifat seperti; Yang Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Pengasih dan tiada terbatas. Sedangkan kekuatan manusia untuk menggambarkan Sang Hyang Widhi sangat terbatas. Rsi-rsi agama Hindu hanya mampu memberi sebutan dengan berbagai nama serta berbagai fungsinya. Yang paling utama ialah TRI SAKTI, yakni:
  1. BRAHMA adalah sebutan Sang Hyang Widhi sebagai pencipta, dalam bahasa sansekerta disebut “UTPATTI” yang disimbolkan dengan huruf “A”.
  2. WISNU adalah sebutan Sang Hyang Widhi sebagai pelindung, pemelihara dengan segala kasih-sayangnya. Pelindung dalam bahasa sansekerta disebut “STHITI” yang disimbolkan dengan huruf “U”.
  3. SIWA adalah sebutan Sang Hyang Widhi yang memiliki makna melebur (pralina) dunia serta isinya dan mengembalikan dalam penyadaran ke asal, yang disimbolkan dengan huruf “ M”
TRI SAKTI ini mencipta, memelihara dan melebur semesta alam. Menguasai ketiga hukum: lahir, hidup, dan mati serta seluruh makhluk, termasuk manusia. untuk dapat meresapkan kemahakuasaan Hyang Widhi ini, agama Hindu memberikan simbol pada kekuatannya dalam ucapan aksara suci “OM”. Perkataan “OM” adalah aksara suci untuk mewujudkan Sang Hyang Widhi dengan ketiga prabawanya.
Dalam Agama Hindu, Sang Hyang Widhi tidak sama dengan Dewa atau Bhatara. Dewa adalah perwujudan sinar suci dari Sang Hyang Widhi yang memberi kekuatan suci guna kesempurnaan hidup makhluk.
sedangkan Bhatara adalah prabhawa (manifestasi) kekuatan dari Sang Hyang Widhi untuk memberi perlindungan terhadap ciptaannya.
Didalam Agama Hindu juga mengajarkan teori “TRIPRAMANA” yakni: tiga cara untuk mengetahui benar-benar adanya Tuhan Yang Maha Esa, yaitu dengan cara:
  1. PRATYAKSA PRAMANA ialah dengan cara melihat langsung, mengenal Tuhan Yang Maha Esa hanya orang-orang sangat suci yang mungkin mengetahui Sang Hyang Widhi dengan cara melihat langsung, yaitu dengan cara Pratyaksa pramana.
  2. ANUMANA PRAMANA ialah dengan cara analisa  yang mudah-mudah saja. Umat Hindu percaya bahwa terdapatnya seluruh alam semesta tentu ada yang menciptakan, yaknii Sang Hyang Widhi. Apabila manusia mati tentu ada tempatnya bagi atman yang lepas dari badan. Inipun tentu adalah Sang Hyang Widhi.
  3. AGAMA PRAMANA ialah denga cara mempercayai isi pustaka suci Agama Hindu. Umpamanya kitab suci Upanisad menyatakan bahwa Sang Hyang Widhi adalah “telinga dari semua telinga; pikiran dari semua pikiran; ucapan dari segala ucapan; nafas dari segala nafas; mata dari segala mata”, dan lain sebagainya.

2.      Ajaran Tentang Sembahyang
Ada beberapa hal utama yang dilakukan sebelum memulai ritual dalam agama  Hindu antara lain ;
  1. Membersihkan Cablong
  2. Menata tikar
  3. Memetik daun
  4. Memasang caniga
  5. Membersihkan juntandeg
  6. Mengisi juntanddeg air uci
  7. Meenempatan dupa pada bangunan suci
  8. Mengahturkan dupa
  9. Dll.
Akhir dari rangkayan ritual dalam upacara piodalan adalah membagikan air suci atau thirta yang diawali dengan memercikan pada bagian kepala , di minum, serta digunakan untuk membersihkan muka sebagai kesucian dan anugrah Ida sang Hyang Widhi Wasa yang masing-masing dilakukan sebanyak tiga kali dengan mengucapkan ‘Ong Kasumaduhadi jaya nama swaha’ (anugrah dari sang Hyang widhi wasa).
Perseembahyangan daalam agama Hindu yang dianut di Bali merupakan cara-cara melakukan hubungan Atma dengan parama-atma, antara manusia dengan Sang Hyang Widhi serta semua manifestassinya.

Kata “sembahyang” berasal dri bahasa Jawa Kuno. Yaitu Sembah dalam bahasa jawa kuno berarti “menyayangi, menghormati, memohon, menyerahkan diri dan menyatukan diri. Sedangkan kata Hyang artinya “suci”. Jadi sembahyang berarti menyembah yang suci untuk mnyerahkan diri pada yang hakekatnya lebih tinggi. Umat Hindu melakukan pemujaan kepada ;
    • Ida sang Hyang Widhi wasa
    • Para dewa-dewa
    • Para Rsi
    • Leluhur
    • Manusia
    • Bhuta

Rabu, 18 Maret 2015

Sejarah Kedatangan dan perkembangan Hindu Budha di Indonesia

Resume Hindu Budha di Indonesia



SEJARAH KEDATANGAN
DAN
PERKEMBANGAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Agama Hindu dan Budha berasal dari Jazirah India yang saat ini meliputi wilayah negara India, Pakistan, dan Bangladesh.
Berkembangnya kedua agama itu tidak terlepas dari letak geografis Indonesia yang diapit oleh dua benua dan dua samudra, telah menjadikan Indonesia sebagai suatu wilayah jalur perdagangan internasional yang sering disinggahi oleh para pedagang mancanegara baik dari India, China, Arab dan Persia.
Masuknya kebudayaan Hindu dan Budha di Indonesia melalui dua proses:
1.      Menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan Hindu-Budha (teori Waisya, teori Ksatria, dan teori Brahmana).
2.      Mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam menyebarkan agama Hindu-Budha di Indonesia (teori Arus Balik).
A.    Analisis Teori-teori
1.      Teori Waisya
            Teori Waisya dikemukakan oleh NJ. Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya (pedagang) merupakan golongan terbesar yang berperan dalam menyebarkan agama dan kebudyaan Hindu-Budha.
2.      Teori Ksatria
            Pendukung teori Ksatria, yaitu: C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia.
3.      Teori Brahmana
            Teori ini dikemukakan oleh Jc.Van Leur yang menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha yang datang ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana (golongan agama) yang sengaja diundang oleh penguasa Indonesia.
            Pendapatnya didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Di India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.
4.      Teori Arus Balik
            Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menjelaskan peran aktif orang-orang Indonesia dalam penyebaran kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.
            Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya.
            Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia yang lain.
B.     Interaksi dengan kebudayaan Indonesia dan perkembangannya (bukti historis dan arkeologis, dll)
}  Seni Bangunan
            Seni bangunan yang menjadi bukti berkembangnya pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia pada bangunan Candi.
}  Seni Rupa/Seni Lukis
            Hal ini terbukti dengan telah ditemukannya area Buddha berlanggam Gandara di kota Bangun, Kutai. Juga patung Buddha berlanggam Amarawati ditemukan di Sikendeng (Sulawesi Selatan). Seni rupa India pada Candi Borobudur ada pada relief- relief cerita Sang Buddha Gautama.
}  Seni Sastra
            Bahasa Sanskerta sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan sastra Indonesia. Prasasti-prasasti awal menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, seperti yang ditemukan di Kalimantan Timur, Sriwijaya, Jawa Barat, Jawa Tengah. Prasasti itu ditulis dalam bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
}  Kalender
            Diadopsinya sistem kalender atau penanggalan India di Indonesia merupakan wujud dari akulturasi, yaitu dengan penggunaan tahun Saka.
}  Kepercayaan dan Filsafat
            Masuknya pengaruh Hindu-Buddha, ke Indonesia mengakibatkan terjadinya akulturasi. Masuk dan berkembangnya pengaruh terutama terlihat dari segi pemujaan terhadap roh nenek moyang dan pemujaan dewa-dewa alam.
}  Pemerintahan
            Setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha, tata pemerintahan disesuaikan dengan sistem kepala pemerintahan yang berkembang di India. Seorang kepala pemerintahan bukan lagi seorang kepala suku, melainkan seorang raja, yang memerintah wilayah kerajaannya secara turun- temurun (Bukan lagi ditentukan oleh kemampuan, melainkan oleh keturunan).
C.    Persamaan dan perbedaan Hindu dan Budha India
}  Persamaan
Sama-sama mempercayai Lima keyakinan (Panca Srada):
1.      Percaya dengan adanya Tuhan.
2.      Percaya dengan adanya Atman.
3.      Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala.
4.      Percaya dengan adanya Reinkarnasi/Punarbawa/ Samsara.
5.       Percaya dengan adanya Moksa.

}  Perbedaan
1.      Upacara atau ritual dan hari raya
2.      Makanan yang dimakan
3.      Umat Hindu Bali dan Jawa sembahyang tiga kali yang disebut dengan Tri Sandhya, sedangkan umat hindu dari India biasanya sembahyang dua kali pagi dan sore.
D.    Pengertian Hindu Dharma dan Budha Dharma
}  Buddha Dharma
            adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan pandangan terang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan dan kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidak puasan.
}  Hindu Dharma
Adalah Pada tahun 1958 Agama Hindu Bali mendapat tempat di kementrian agama R.I. sesudah Agama Hindu Bali mendapat tempat di kementrian agama dibentuklah Dewan Agama Hindu Bali, yang sesudah kongres disebut Parisada Dharma Hindu Bali (1959), dan yang pada tahun 1964 diganti dengan Parisada Hindu Bali, hingga sekarang.