A.
Konsep
Ketuhanan Buddha Dharma
Tak dapat dikatakan bahwa didalam
ajaran agama buddha seperti yang terdapat didalam kitab pitaka terdapat ajaran tentang
tuhan atau tokoh yang dipertuhankan. Tujuan hidup bukan untuk kembali kepada
asalanya, yaitu tuhan. Melainkan unuk masuk kedalam nirwana, pemadaman, suatu
suasana yang tanpa kemauan, tanpa perasaan, tanpa keinginan tanpa kesadaran,
suatu keadaan dimana orang tidak lagi terbakar oleh nafsunya. Itulah situasi
damai. Oleh karena itu ada ahli-ahli agama yang tidak mau mengakui, bahwa buddhisme
adalah suatu agama.
Dalam agama buddha tuhan tidak
dipandang sebagai suatu pribadi (personifikasi), tidak bersifat antropomorfisme
(pengenaan ciri-ciri yang berasal dari wujud manusia) dan antropopatisme (pengenaan
pengertian yang berasal dari perasaan manusia). Buddha tidak mengajarkan teisme
fatalistis (menyerah kepada nasib) dan determinis yang menempatkan suatu kekuasaan
adikodrati merencanakan dan menakdirkan hidup semua makhluk. Teisme semacam itu
mengingkari kehendak bebas manusia dan dengan sendirinya sewajarnya juga meniadakan
tanggung jawab moral perbuatan manusia.
Dalam agama buddha terdapat banyak
buddha, tetapi hanya ada satu dharmakaya. Dharmakaya yang merupakan sumber perwujudan
panca dhyani buddha dinamakan adi buddha. ”buddha tanpa awal dan akhir adalah adi
buddha”. Sebutan adi buddha berasal dari tradisi aisvarika ( isvara, tuhan, maha
buddha), aliran mahayana di Nepal, yang menyebar lewat benggala, hingga dikenal
pula di jawa. Adi buddha merupakan buddha primordial, yang esa atau dinamakan
juga paramadhi buddha (buddha yang pertama dan tiada banding). Adi buddha timbul
dari kekosongan (sunyata) dan dapat muncul dalam berbagai bentuk sehingga disebut
visvarupa serta namanya pun tidak terbilang banyaknya. Adi buddha sering diidentifikasikan
sebagai salah satu buddha mistis, berbeda-beda menurut sekte. Dengan memahami arti
dari setiap sebutan yang maha esa, yang maha pengasih, yang maha tahu dan
sebagainya yang bermacam-macam, sama menunjuk dari sifat tuhan yang satu.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa
untuk memahami konsep ketuhanan dalam Agama Buddha, perlu dimengerti terlebih
dahulu bahwa dalam masyarakat pada umumnya terdapat dua cara pendekatan.
Pertama, tuhan dikenal melalui bentuk
manusia. Oleh karena itu, tidak jarang dijumpai istilah tuhan melihat umatnya, atau
tuhan mendengar doa umatnya serta masih banyak lainnya.
Kedua, tuhan dikenal melalui sifat manusia.
Misalnya, tuhan marah, tuhan cemburu, tuhan mengasihi, tuhan adil, serta masih
banyak istilah sejenis lainnya. Berbeda dengan yang telah disampaikan,
ketuhanan dalam agama buddha tidak menggunakan kedua cara di atas.
Agama buddha menggunakan aspek nafi atau
penolakan atas segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh manusia. Jadi,
pengertian nibbana atau tuhan dalam agama buddha adalah yang tidak terlahirkan,
yang tidak menjelma, yang tidak bersyarat, yang tidak kondisi. yang tidak terpikirkan,
serta masih banyak kata tidak lainnya. Secara singkat, tuhan atau nibbana
adalah mutlak, tidak ada kondisi apapun juga. Pendekatan yang berbeda ini
sehubungan dengan ketidakmampuan bahasa manusia untuk menceritakan segala sesuatu
bahkan hal sederhana yang ada di sekitar hidup manusia. Misalnya, seseorang
tidak akan pernah mampu menceritakan rasa maupun bentuk durian kepada orang
yang sama sekali belum pernah melihat durian. Sepandai apapun juga orang itu
bercerita, si pendengar tetap mengalami kesulitan untuk membayangkannya,
apalagi jika membahas mengenai bau durian yang khas. Pasti tidak mungkin terceritakan.
Untuk itu, cara yang jauh lebih mudah menjelaskan hal ini adalah dengan membawa
contoh durian asli untuk dikenalkan kepada si pendengar. Setelah melihat bendanya,
mencium aromanya, si pendengar pasti segera menganggukkan kepada penuh
pengertian.
B.
Bhakti
Puja
Istilah puja bakti ini terdiri dari
kata puja yang bermakna menghormat dan bakti yang lebih diartikan sebagai
melaksanakan ajaran sang buddha dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam Bhakti Puja umat buddha
melaksanakan tradisi yang telah berlangsung sejak jaman sang buddha masih hidup
yaitu umat datang, masuk ke ruang penghormatan dengan tenang, melakukan
namakara atau bersujud yang bertujuan untuk menghormat kepada lambang sang
buddha, jadi bukan menyembah patung atau
berhala
Untuk mencapai keinginan yang
dimiliki, secara tradisi umat buddha disarankan untuk melakukan kebajikan
terlebih dahulu dengan badan, ucapan dan juga pikiran. Setelah berbuat
kebajikan, ia dapat mengarahkan kebajikan yang telah dilakukan tersebut agar
memberikan kebahagiaan seperti yang diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar