A. Hari-hari Suci Agama Budha
Agama
budha tidak mengajarkan bahwa untuk mencapai nirwana harus melakukan pacara-upacara keagamaan, sesajian
ataupun persembahyangan. Namun, mengucapkan mantra-mantra dari kitab suci,
mengikuti ceramah dan wejangan keagamaan, menghanturkan sesajian akan besar
manfaatnya bagi umat budha. Upacara itu sendiri sebenarnya adalah suatu cetusan
hati nurani manusia terhadap suatu keadaan. Dengan sendirinya bentuk-bentuk
upacara itu sesuai dengan keadaan, jaman, alam, suasana, selera dan cara
berfikir sipembuatnya atau pelaksananya.
1.
Hari Suci Waisak
Hari suci Waisak
menurut umat budha sering disebut hari raya trisuci waisak, hari raya trisuci
waisak ini merupakan hari raya terbesar agama Buddha. Waisak berasal dari
bahasa pali yaitu vesakha atau di dalam bahasa sansekerta disebut vaisakha atau
vesakha, hari raya waisak ini jatuh pada bulan purnama sidhi yaitu bulan
Mei-Juni guna untuk memperingati tiga kejadian penting dalam agama Buddha,
yaitu saat kelahiran Siddharta Gautama, saat Sang Pertapa Gautama mencapai
pencerahan dan saat Sang Buddha Gautama meninggal dunia dan mencapai nirwana.
2.
Hari Suci Asadha
Hari suci Asadha merupakan peristiwa yang mempunyai arti yang amat
penting, bahkan mempunyai nilai keramat bagi kemanusiaan. Hari suci asadha ini
dirayakan guna untuk memperingati peristiwa dimana sang Buddha mengajarkan
dharma yang pertama kali kepada kelima petapa dengan pemutaran roda dharma.
kelima petapa tersebut adalah kondanna, bhadiya, vappa, mahanama dan asajji.
3.
Hari Suci Kathina
Perayaan hari suci Kathina
adalah sebagai ungkapan
terimakasih kepada para Bhikkhu
yang telah menjalankan Vassa.
Selain, memberikan persembahan jubah Kathina,
umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan Vihara, dan berdana untuk
perkembangan dan kemajuan agama Buddha. Hari suci Kathina ini dirayakan tiga bulan setelah
dirayakan hari suci Asadha.
B. Pengertian
dan Fungsi Vihara
Pada jaman
Buddha masih hidup,
vihara digunakan sebagai tempat
tinggal para Bhikkhu. Sekarang Vihara beralih fungsi sebagai tempat
untuk melaksanakan puja bakti atau persembahan puja dari umat Buddha kepada
sang Buddha. Di vihara umat Buddha melakukan penghormatan kepada Buddharupang (patung Buddha) sebagai
simbolis dari perwujudan tubuh Buddha. Umat bisa melakukan bakti sosial, sharing dhamma, dan berbagai kegiatan
lainya yang berhubungan dengan keagamaan di Vihara. Vihara merupakan milik umum
(umat Buddha) dan tidak boleh dijadikan milik perseorangan, biasanya dibentuk
suatu yayasan untuk mengatur kepentingan tersebut (Giriputra, 1994 : 2).
Vihara berfungsi untuk Tempat untuk melakukan ibadah
kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui Sang Tri Ratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha),
Tempat pembabaran, pendidikan, penghayatan dan pengamalan Dhamma, Tempat
latihan meditasi dalam usaha untuk melenyapkan kekotoran batin dan
merealisasikan cita-cita kehidupan suci, Tempat tinggal Bhikkhu/ni dan
Samanera/I, Tempat tinggal Pabbajja/Upasaka/Pandita yang ingin melaksanakan
sila agama Buddha, Tempat yang menunjukkan jalan kebebasan, Tempat untuk
memasyarakatkan dan menyebarkan agama Buddha.
C. Candi-candi Budha di Indonesia.
1.
Candi Borobudur
Candi Borobudur
adalah sebuah stupa mandala yang menggambarkan secara simbolis kegunaan agama
budha, kedasyatan cosmos dan ketidak terhinggaan Sanghyang Adi Budha. Borobudur
adalah nama sebuah Candi
Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur
berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur
sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai
puncaknya. Selain itu tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
2.
Candi Mendut
Candi mendut didirikan oleh raja Indra dari dinasti Syailendra pada tahun
824 dan di duga lebih tua dari candi Borobudur. Terdapat tiga arca yang
menghias candi ini, masing-masing Buddha sakyamuni, bodhisattva avalokitesvara
dan bodhisattva maitreya. Candi mendut terletak di desa Mendut, kecamatan
Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari candi
Borobudur. Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang
berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa
bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
3.
Candi Sewu
Candi Sewu merupakan kompleks
candi-candi yang tersusun dalam bentuk bujur sangkar, terdiri dari candi induk
perpuncak stupa dan dikelilingi oleh sekitar 250 candi-candi perwara. Candi
sewu terletak disebelah utara candi prambanan selesai dibangun kira-kira tahun
1098 M.[1]
Candi Sewu (seribu) ini diperkirakan dibangun
pada saat kerajaan Mataram Kuno oleh raja Rakai Panangkaran (746 – 784).
4.
Candi Muara Takus
Candi muara takus terletak di propinsi Riau terletak di antara dua
sungai, yaitu sungai Kampar kanan dan sungai Kampar kiri. Kelompok candi ni
merupakan candi peninggalan kebudayaan ayng bersifat Buddha, berpagar tembok
batu dengan pintu di sebelah utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar