KARYA
SASTRA HINDU
Karya sastra peninggalan umat Hindu biasanya
berbentuk Kakawin yaitu, sebuah kumpulan syair dalam bahasa kuno dan kitab
yaitu kumpulan catatan bersejarah. Karya sastra ini biasanya ditulis
menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta
diatas daun lontar, macam-macam karya sastra agama Hindu adalah sebagai
berikut:
No
|
Nama
Kitab
|
Lokasi
Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Carita
Parahayangan
|
Bogor, Jawa
Barat
|
Abad ke-5
Masehi
|
Tarumanegara
|
2
|
Kresnayana
|
Bogor, Jawa
Barat
|
Abad ke-5
Masehi
|
Tarumanegara
|
3
|
Arjunawiwaha
|
Kahuripan,
Jawa Timur
|
Abad ke-10
Masehi
|
Medang
Kemulang
|
4
|
Lubdaka
|
Kediri, Jawa
Timur
|
Abad ke-11
Masehi
|
Kediri
|
5
|
Baratayuda
|
Kediri, Jawa
Timur
|
Abad ke-12
Masehi
|
Kediri
|
1.
Carita
Parahyangan
Carita Parahyangan menceritakan tentang sejarah
Tanah Sunda, utamanya mengenai kekuasaan di dua ibukota Kerajaan Sunda yaitu
Keraton Galuh dan keraton Pakuan. Naskah Carita Parahiyangan menceritakan
sejarah Sunda, dari awal kerajaan Galuh pada zaman Wretikandayun sampai runtuhnya
Pakuan Pajajaran (ibukota Kerajaan Sunda akibat serangan Kesultanan Banten,
Cirebon dan Demak).
2. Kresnayana
Kakawin
Kresnayana adalah sebuah karya sastra Jawa Kuna yang menceritakan pernikahan
prabu Kresna dan penculikan calonnya yaitu Rukmini. Dewi Rukmini, putri prabu Bismaka di
negeri Kundina, sudah dijodohkan dengan Suniti, raja negerei Cedi. Tetapi ibu
Rukmini, Dewi Pretukirti lebih suka jika putrinya menikah dengan Kresna. Maka
karena hari besar sudah hampir tiba, lalu Suniti dan Jarasanda, pamannya,
sama-sama datang di Kundina. Pretukirti dan Rukmini diam-diam memberi tahu
Kresna supaya datang secepatnya. Kemudian Rukmini dan Kresna diam-diam
melarikan diri. Mereka dikejar oleh Suniti, Jarasanda dan Rukma, adik Rukmini,
beserta para bala tentara mereka. Kresna berhasil membunuh semuanya dan hampir
membunuh Rukma namun dicegah oleh Rukmini. Kemudian mereka pergi ke Dwarawati
dan melangsungkan pesta pernikahan.
3.
Arjunawiwaha
Kakawin
ini menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di gunung Mahameru. Lalu ia
diuji oleh para Dewa, dengan dikirim tujuh bidadari. Bidadari ini diperintahkan
untuk menggodanya. Nama bidadari yang terkenal adalah Dewi Supraba dan
Tilottama. Para bidadari tidak berhasil menggoda Arjuna, maka Batara Indra
datang sendiri menyamar menjadi seorang brahmana tua. Mereka berdiskusi soal
agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu setelah itu ada seekor
babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang
bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga memanahnya. Ternyata
pemburu ini adalah batara Siwa. Setelah itu Arjuna diberi tugas untuk membunuh
Niwatakawaca, seorang raksasa yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam
tugasnya dan diberi anugerah boleh mengawini tujuh bidadari ini.
4.
Lubdaka
kakawin
Lubdaka ini diceritakan bagaimana seseorang yang berdosa besar sekalipun dapat
mencapai surga. Di dalam cerita ini dikisahkan bagaimana Lubdhaka seorang
pemburu sedang berburu di tengah hutan. Tetapi sudah lama ia mencari-cari
mangsa, tidak dapat. Padahal hari mulai malam. Maka supaya tidak diterkam dan
menjadi mangsa binatang buas, ia lalu memanjat pohon dan berusaha supaya tidak
jatuh tertidur. Untuk itu ia lalu memetiki daun-daun pohon dan dibuanginya ke
bawah. Di bawah ada sebuah kolam. Kebetulan di tengah kolam ada sebuah lingga
dan daun-daun berjatuhan di atas dan sekitar lingga tersebut. Lalu malam
menjadi hari lagi dan iapun turun dari pohon lagi. Selang beberapa lama iapun
melupakan peristiwa ini dan kemudian meninggal dunia. Arwahnya lalu gentayangan
di alam baka tidak tahu mau ke mana. Maka Dewa Maut; Batara Yama melihatnya dan
ingin mengambilnya ke neraka. Tetapi pada saat yang sama Batara Siwa melihatnya
dan ingat bahwa pada suatu malam yang disebut "Malam Siwa"
(Siwaratri) ia pernah dipuja dengan meletakkan dedaunan di atas lingga,
simbolnya di bumi. Lalu pasukan Yama berperang dengan pasukan Siwa yang
ingin mengambilnya ke sorga. Siwapun menang dan Lubdhaka dibawanya ke sorga.
5. Baratayuda
Baratayuda,
adalah istilah yang dipakai di Indonesia untuk menyebut perang besar di
Kurukshetra antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Perang ini merupakan
klimaks dari kisah Mahabharata, yaitu sebuah wiracarita terkenal dari India.
kitab baratayuda yang ditulis pada masa Kediri itu untuk simbolisme keadaan
perang saudara antara Kerajaan Kediri dan Jenggala yang sama sama keturunan
Raja Erlangga . Keadaan perang saudara itu digambarkan seolah-olah seperti yang
tertulis dalam Kitab Mahabarata karya Vyasa yaitu perang antara Pandawa dan
Kurawa yang sebenarnya juga keturunan Vyasa Mpu Sedah (sang penulis).
Sumber
diakses pada 17 Juni 2015
Sastra
Peninggalan Budha di Indonesia. Ada beberapa karya sastra peninggalan sejarah
yang bercorak Buddha. Salah satu karya sastra bercorak Buddha yang terkenal
adalah Kitab Sutasoma. Kitab ini dikarang oleh Mpu Tantular. Kitab Sutasoma
menceritakan kisah Raden Sutasoma. Kisah ini mengajarkan pengorbanan belas
kasih yang harus ditempuh seseorang untuk mencapai kesempurnaan tertinggi.
Salah satu ungkapan yang terkenal dari Kitab Sutasoma adalah “Bhinneka Tunggal
lka Tan Hana Dharma Mangrwa.” Berikut ini daftar karya sastra atau kitab-kitab
peninggalan sejarah yang bercorak Buddha.
1. Negara Kertagama ,Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Kakawin ini menguraikan keadaan di keraton Majapahit dalam masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Ia bertakhta dari tahun 1350 sampai 1389 Masehi, pada masa puncak kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara. Bagian terpenting teks ini tentu saja menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti.
2. Sutasoma, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Kakawin Sutasoma adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuna. Kakawin ini termasyhur, sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika (Bab 139.5). Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini. Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya. Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan Buddha. Kakawin ini digubah oleh mpu Tantular pada abad ke-14.
3. Pararaton, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi: "Kitab Raja-Raja"), adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi. Naskah ini cukup singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya adalah sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka Raja", yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti "kitab raja-raja". Tidak terdapat catatan yang menunjukkan siapa penulis Pararaton.
4. Arjunawiwaha, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
1. Negara Kertagama ,Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Kakawin ini menguraikan keadaan di keraton Majapahit dalam masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk. Ia bertakhta dari tahun 1350 sampai 1389 Masehi, pada masa puncak kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara. Bagian terpenting teks ini tentu saja menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti.
2. Sutasoma, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Kakawin Sutasoma adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuna. Kakawin ini termasyhur, sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi motto nasional Indonesia: Bhinneka Tunggal Ika (Bab 139.5). Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini. Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya. Amanat kitab ini mengajarkan toleransi antar agama, terutama antar agama Hindu-Siwa dan Buddha. Kakawin ini digubah oleh mpu Tantular pada abad ke-14.
3. Pararaton, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Serat Pararaton, atau Pararaton saja (bahasa Kawi: "Kitab Raja-Raja"), adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi. Naskah ini cukup singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya adalah sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka Raja", yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti "kitab raja-raja". Tidak terdapat catatan yang menunjukkan siapa penulis Pararaton.
4. Arjunawiwaha, Jawa Timur Abad ke-13 M, Majapahit
Karya
sastra ini ditulis oleh Mpu Kanwa pada masa pemerintahan Prabu
Airlangga. Kakawin ini menceritakan sang Arjuna ketika ia bertapa di
gunung Mahameru. Lalu ia diuji oleh para Dewa, dengan dikirim tujuh bidadari.
Bidadari ini diperintahkan untuk menggodanya. Nama bidadari yang terkenal
adalah Dewi Supraba dan Tilottama. Para bidadari tidak berhasil menggoda
Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi seorang brahmana tua.
Mereka berdiskusi soal agama dan Indra menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu
setelah itu ada seekor babi yang datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi
pada saat yang bersamaan ada seorang pemburu tua yang datang dan juga
memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah batara Siwa. Setelah itu Arjuna diberi
tugas untuk membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa yang mengganggu kahyangan.
Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi anugerah boleh mengawini tujuh
bidadari ini.
Sumber
http://mastugino.blogspot.com/2012/09/sastra-peninggalan-budha-di-indonesia.htmldiakses pada 26 Juni 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar